A. Riwayat Hidup
Nama : Abu Ali Muhammad al-Husain. Ia di juluki dengan sebutan “Al-Syaich al-Ra’is” (Pemimpin Para Sarjana) dan juga brgelar “Shahib al-Riasyatayn”
T T L : Kabupaten Belkh (Afsyanah/ Bukhara/ Afghanistan). Bulan Safar 370 H/ Agustus 980 M. Wafat tahun 1037 M.
Pendidikan :Waktu kecil di Bukhara, belajar membaca, menulis, aritmatika, Yurisprudensi dan Logika. Umur 10 tahun sudah hafal Al-Qur’an. Dewasa di Jurjan kemudian ke Hamadzan, mendalami logika, Kedokteran, Fisika dan Matematika.
Gurunya : Abu Abdullah, Abu Bakar al-Khawarizmi dan Islamil Zahid
Fans : Logika dan Metafisika (Aristoteles).
Karya : Bidang Filsafat, Logika, Fisika, Matematika dan Metafifika yaitu As-Syifa’, Al-Isyarat wat Tanbihat, An-Najat. Al-Qanun adalah buku tentang Filsafat, Etika, Logika dan Psikologi. Buku Al-Hikmah Al-Masyriqiyah tentang Tasawwuf dan Penyeimbang filsafat Barat
B. Pemikiran
1. Menurut Ibnu Sina Jiwa Manusia terbagi atas tiga bagian. Pertama, Jiwa alami/ nabati yaitu jiwa mempunyai kemampuan untuk berkembang biak (reproduction), Tumbuh (growth) dan memamah biak (nutrition). Kedua, Jiwa Hewani, yaitu jiwa mempunyai kemampuan untuk bergerak dengan bebas (Locomotion) dan kemampuan untuk melakukan penyerapan indra (sense perception). Ketiga, Jiwa Rasional, jiwa ini mempunyai dua aspek yaitu akal praktis dengan menggunakan indikasi. Fungsinya membimbing, mengatur, dan menguasai daya-daya atau nafsu-nafsu dari jiwa-jiwa yang lebih rendah. Aspek kedua yaitu akal teoretis. Daya ini hanya berminat pada hal hal yang universal dengan konsep-konsep rasional yang secara total terabstraksi dari materi
2. Metafisis pemikirannya bertitik tolak pada pandangan filsafatnya yang membagi tiga jenis hal: (1) Penting dalam dirinya sendiri, tidak perlu kepada sebab lain untuk kejadiannya, selain dririnya sendiri yaitu Tuhan.(2) Berkehendak kepada yang lain, yaitu makhluk yang butuh kepada yang menjadikannya. (3) Makhluk mungkin, yaitu bisa ada bisa pula tidak ada. Dan Ia sendiri tidak butuh kepada kejadiannya maksudnya benda-benda yang tidak berakal seperti pohon, air batu dll.
3. Tuhan Maha Mengatahui ada tiga pernyataan yang berlawanan. Pertama tentang pendirian filsafat Aristoteles bahwa Tuhan berada di luar Alam. Kedua Tuhan adalah maha tahu akan segala yang tidak terlihat, tidak ada sebutir atom atau lebih kecil dari itu, atau lebih besar dari langit dan bumi yang tersembunyi kepadanya. Ketiga, tentang pendapat Plato dan Neoplatenis, yang menyatakan bahwa Tuhan adalah prinsip pertama, yang Esa dan Dia jauh dari apa yang di sifatkan oleh pengetahuan.
Ket :*Resume dari Buku Mozaik Hazanah Islam Bunga Rampai dari Chicago. Dr. Mulyadhi Kartanegara (Jakarta: Paramadina, 2000)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar